Musim gugur telah
menyapa. Daun-daun yang mulai menguning semakin merapuh dari tangkainya. Angin
bertiup cukup kencang menggoyang-goyangkan daun-daun tua itu. Daun-daun itu
dengan hebohnya berteriak ketakutan. Tapi tahukah kalian?hampir semua makhluk
tidak dapat mendengar jeritan mereka. Hanya mereka sendiri, ranting-ranting,
angin dan makhluk kecil disekeliling mereka yang bisa mendengar. Angin pun
seakan-akan mempermainkan daun-daun yang kini hampir tak kuat bergantung pada
ranting pohon inang mereka. Mereka pun mengadu pada makhluk-makhluk kecil yang
bisa mendengar mereka. Mereka kjuga meneriaki angin yang berlarian
kesana-kemari tanpa henti.
“ Aduh-aduh.... Hey
angin, tidakkah kau tahu, kami ini sudah terlalu tua dan tak kuat lagi
bergantung pada ranting.” Daun tua berteriak pada angin.
“ Jangan salahkan kami
wahai daun-daun. Kami hanya menjalankan tugas dari Tuhan. Lagipula ini juga
sudah menjadi tugas tahunan kami. Setiap musim kami selalu berubah arah dan
kecepatan. Tergantung peran kami setiap tahunnya. Tuhan itu Maha Adil dan Maha
Merencanakan apa yang akan terjadi. Jadi ikuti saja skenario didunia ini dan
perankan tugas mu sebagai mestinya. Kau tua, jatuh,kering sudah takdirmu.”
Angin pun menjawab.
“ Tapi aku merasa tidak
siap terjatuh dan terpisah dari ranting ku. Selama ini ranting ini yang telah
memberiku tempat tinggal. Membantuku mendapatkan makanan dari tanah melalui
akarnya. Aku tahu aku bergantung padanya, tapi aku juga selalu setia memasak
untuknya.” Jerit daun tua
Namun angin pergi tak
mendengar teriakan daun tua itu. Keluarlah seekor ulat bulu mungil yang sedari
tadi bersembunyi dibalik sisi ranting lain, menghindari terpaan angin kencang
yang mungkin saja dapat menjatuhkan dia dari ketinggian pohon. Dia berkata
dengan bijak.
“ Dengar baik-baik daun
tua. Kau memang punya kehidupan disini, dipohon ini. Kau mempunyai hubungan
yang saling menguntungkan dengan pohon dan ranting. Tapi perlu kau ketahui
bahwa setiap yang pernah hidup selalu akan tua dan mati. Itu sudah hukum alam
dan hukum mati. Jangan kan yang pernah hidup seperti kita, benda yang tak
bernyawa pun juga akan mengalami usang dan rusak. Kau sudah tua dan tak mampu
lagi memasak untuk pohon ini. Sudah saatnya kau terpisah dari pohon ini dan
akan ada daun baru yang memasak untuk pohon ini.”
“ Tapi haruskah aku
menyingkir dan pergi secara buruk dari sini? Paling tidak aku akan tetap hidup
disini meski tak bisa memasak lagi. Aku takut dibawah sana. Aku akan kering,
ringan, semakin mudah dipermainkan angi dan yang lebih mengerikan lagi, aku
takut dicacah dan dimakan cacing. Pasti akan menjadi akhir yang sangat buruk.”
Daun tua itu menangis .
“ Tenanglah wahai daun
tua. Kehidupan dibawah sana tidak mengerikan seperti yang kau bayangkan. Memang
kau akan kering dan dipermainkan angin. Tapi itu hanya untuk sementara waktu saja.
Ada kalanya kau akan berhenti dipermainkan angin. Janganlah bersedih wahai daun
tua, saat kau dicacah, dimakan, mati dan menyatu dengan tanah, saat itulah kau
akan sangat berguna. Zat yang kau miliki akan larut bersama air. Air itu
kemudian akan diserap akar pohon untuk diproses dan disalurkan pada ranting dan
daun lain. Kau memang telah mati. Tapi kau telah menyediakan manfaat bagi
makhluk lain. Kau masih sangat berguna meski telah mati. Setiap yang pernah
hidup pasti mati. Tapi paling tidak kau
masih memberi manfaat meski telah mati.hidup, muda, tua, gembira, tua, mati
adalah siklus. Kau akan terlahir kembali menjadi daun muda yang lain suatu saat
karena zat yang lau miliki masih ada ditanah dan suatu saat akan diserap dan
disalurkan pada daun lain yang merupakan kehidupan barumu.. Jangan pernah takut
akan takdir. Jalani saja semua”
Ulat mungil pun
mengakhiri nasehatnya dan pergi kembali bersembunyi dibalik ranting kokoh
karena mendengar suara angin yang akan datang berhembus.
“ Hay,,. Angin....
cepatlah datang dan berhembus kencang. Aku telah siap untuk pergi keduniaku
yang baru.” Daun tua berteriak keras kepada angin.
Angin pun datang dengan
wajah tersenyum tenang. Daun tua telah bersiap. Daun tua telah pasrah dan
tenang menyambut kehidupan baru dibawah sana. Ketika angin bertiup sekali dia
langsung melayang dengan pelan, berputar dengan irama diudara hingga tiba tanah
untuk menjalani siklus hidupnya.....

Tidak ada komentar:
Posting Komentar