Sabtu, 18 Agustus 2012

Ketika Kau Menjadi Sandaran Kisahku


Lelaki yang ada untukku hari ini, masih lelaki tiga bulan lalu. Dan kini dia tengah duduk disampingku, menerima sandaran kepalaku dibahunya dan mendapatkan tanganku melingkar ditangannya. Mencoba saling membaca kesenangan dari masing-masing yang kami rasa. Memang kebahagiaan dan ketenangan tengah merasuki jiwa kami. Telah jelas apa yang aku rasa. Tapi aku tak begitu paham dengan alasan yang mendasari dia. Yang aku tahu hanyalah bahwa dia juga ingin larut dalam perasaan jiwaku saat ini. Menemaniku dalan setiap kisahku.

Aku sengaja memintanya untuk menemuiku disini. Sebuah tempat yang sesuai. Kusuguhkan senyuman manis untuk mengawali pertemuanku dengannya kali ini. Dan dia pun berhasil terpikat serta membalas dengan tak kalah menawannya. Suatu skenario yang membuatku puas. Kuraih kedua tangannya. Dengan manja kutarik untuk menemaniku duduk dibangku ini. Didepan kami terpasang senja sore yang terang menyilaukan, tapi telah cukup hangat. Masih dengan senyum kutangkap wajah manisnya. Kuisyaratnya untuk memandang kesenja terang. “Sipitkan sedikit mata bila tak begitu kuat”. Dia pun menurut. Kuputarkan lagu romantis, 2AM-This Song untuk mendukung ceritaku hari ini. Mulailah dengan anggukan pelan tanda aku setuju dengan lagu ini. Kupandang wajah pangeranku sejenak hanya untuk memastikan dia juga setuju. Kulihat dia hanya diam tanpa membuka matanya atau sekedar menolah padaku. Aku rasa dia tak beralasan untuk protes. Senyum tipis menghiasi bibirku beberapa detik. Kuhadapkan wajahku pada senja sore itu. Kututup mata ku pelan. Kunikmati kehangatan senja yang menerpa wajahku. Aku rasa pangeranku telah masuk pada fase nyaman saat ini. Perlahan aku menyusul pangeranku menuju ketenangan. Kadang kulirik sedikit kedepan. Ternyata cukup silau. Dari lirikan sempit kutemukan pelangi dari sela bulu-bulu mataku. Mendekati pertengahan lagu telah ku dapatnya kenyamananku hampir penuh. Aku memang merasakan kebahagiaan yang hampir meletup diseluruh wajahku. Semua tergambar jelas. Dan kenyamanan yang sempurna ketika kusandarkan kepalaku pada bahu pangeranku. Kali ini tak akan kulirik lagi senja terang itu. Karena cahaya terang lain telah memenuhi mataku yang kini tertutup sempurna. Lama sekali momen ini. Dan aku semakin tak sabar untuk melingkarkan tanganku. Dan semua tak tertahan lagi. Kulingkarkan tanganku pada lengannya. Kurasakan dia milikku kali ini. Aku merasa memiliki sepenuhnya. Kini bukan hanya kepalaku pada bahunya. Separuh wajahku juga ikut bergelayut disana. Hingga hampir lagu lain bersambut. Lama sekali. Hingga bagian akhir dari lagu ini. Kami membuka mata bersama-sama. Wajah kami saling memandang penuh isyarat lembut bahagia.

“Terima kasih sayang. Terima kasih untuk semua yang telah kau beri. Untuk semua waktu dan kesediaanmu disetiap kisahku. Kamu memang selalu ada untuk melengkapi skenario ceritaku. Masih teringat ketika aku terjatuh dan menangis. Kamu yang ada untuk bertahan bersamaku. Menghapus setiap airmataku. Bahkan saat aku tetap terjatuh berkali-kali hingga tak kuat lagi untuk berdiri, kamu yang selalu menemaniku bertahan disini. Kamu juga yang sabar menungguku hingga aku siap berdiri. Sering sekali kamu memelukku, hanya sekedar untuk menguatkan aku dan meyakinkan bahwa aku bisa. Bahwa kamu munemani disetiap proses bangkitku. Kamu memelukku dan menguatkan jantungku. Aku tahu bila semua berat. Aku yang merasakan semua. Kamu juga harus menangis untuk meyakinkanku. Ketika aku sengapun kamu juga ada, melengkapi semua. Semua senyum, semangat dan dukungan. Dan kini aku bersandar dibahumu. Untuk mengungkapkan semua. Bahwa memang kamu memang lelaki paling melengkapi kisahku. Terima kasih.....”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar