Malam ini aku mengistirahatkan diri dengan bersantai didipan
depan rumah ku, tepatnya dibawah pohon mangga. MP3 player menemani telingaku. Duduk
nyaman dengan meluruskan kaki, mulai kuputar lagu favoritku. Music yang mulai
mengalun lembut menenangkan pikiranku. Membawaku melayang. Pikiran ku terbang
lepas menuju angan-angan. Tanpa kmando mataku reflek memandang langit hitam
pekat bertabur bintang cemerlang. Indah sekali. Kucari bintang paling terang
yang selalu kusuka sejak dulu. Tapi tak kutemukan, atau lebih tepatnya aku
lupa, karena sudah lama tak kulakukan ritual semacam ini. Akhirnya aku
memutuskan untuk mencari bintang lainyang sama cerahnya. Karena terhalang
ranting pohon mangga yang berada tepat diatas ku, aku memutuskan untuk bergeser
untuk berdiri disisi yang lebih lapang dari halaman depan rumahku. Berdiri aku
disini menengadah menatap langit. Mataku berkedip pelan terhipnotis pesona
berkedip diatas kepalaku. Hal semacam ini tidak sekali kudapatkan. Sering aku
mendapatkan ini ketika sering menjelajah alam raya dulu. Lama sekali
kutengadahkan kepala dan mata. Aku memilih yang paling besar dan terang. Aku
sering melakukan ini dulu, karena aku percaya, cahaya mereka dapat memberikan
kekuatan secara magis. Aku juga percaya, kekuatan itu datang dari para dewa
yang menghuni bintang digalaksi itu. Ketika aku melihatnya, pasti dewa-dewa itu
akan tahu dengan sendirinya dan akan menolongku bagaimanapun keadaanku. Saat
aku terluka dan sakit, dewa ada untuk menguatkan hati dan menghiburku. Sedang
disaat aku bahagia, dewa akan membuatku merasa bangga dengan diriku sendiri dan
menghadiahkan berjuta kebahagiaan lagi kepadaku.
Dan akhirnya, aku temukan juga bintang paling terang yang
kumau. Bila kupandang semakin lama tanpa berkedip, maka lama-lama cahayanya
akan semakin melebar. Itu tandanya dia ingin aku memandangnya terus, tanpa
putus, tanpa berkedip. dan saat dia seakan mengekor, itu tandanya aku harus
terus mengamatinya sambil tersenyum bahagia, karena dia akan selalu menjadi
temanku dan setia mendengarkanku. Mungkin itu hanya semacam sinyal dari dewa
untukku. Aku juga tak tahu, apakah dewa memberikan sinyal semacam ini kepada
orang lain atau hanya kepadaku. Karena aku lelah berdiri, aku memutuskan untuk
kembali duduk didipanku lagi. Kali ini bintang itu masih bisa kulihat. Tapi,
sejenak saja aku menikmati dari dipanku, angin berhembus menggyangkan ranting
pohon diatasku. Ranting-ranting pohon bergerak kekiri dan kekanan membuat
bintangku kadang tertutup. Lalu kuamati terus, dari ranting yang bergoyang dan
menutupi cahaya bintangku dan kembali bergeser sedikit untuk menampakkannya.
Dari adegan sama yang diulang berkali-kali kudapati bintang ku terlihat seperti
berkedip kepadaku. Aaiiiiih…… lucu sekali. Sepertinya, dia berusaha mengajakku
bercanda dan tertawa. Petak umpet lebih tepatnya. Ketika dia bersembunyi dan
menyembunyikan cahayanya dibalik ranting pohon, tak berapa lama dia akan muncul
kebali. Dan begitu seterusnya berkali-kali. Dan aku cukup terhibur oleh suasana
canda dengannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar