Selasa, 02 Oktober 2012

Never-ending Jogjakarta


Telah kukenal kota ini. Sejak aku remaja. Memang awalnya aku menganggap biasa saja. Namun semua berubah menjadi kota yang bagus setelah kukenal cinta, seni dan kerinduan akan kedamaian. Itu terjadi saat aku mengenalmu, mantan kekasihku. Walaupun aku telah membencimu karena ulahmu, ulah ketidak-dewasaanmu, tapi aku tak pernah membenci kota ini. Walau kecintaan ku pada kota ini tumbuh seiring tumbuhnya cintaku pada mu kala itu. Terlebih kini aku sadar, begitu mudah ternyata melupakan mu, mendapatkan cinta selainmu, merubah seluruh apa yang kumau dengan caraku sendiri, tanpa perlu mengikuti larangan-larangan konyol mu. Kini ada berjuta cinta yang kurasa, kusebar dan kudapat.

Aku masih ingat, pantai yang dulu menjadi saksi perjalanan kita, yang sekarang kurasa tak perlu dikenang. Aku hanya mengenang semilir lembut anginnya, semilir angin yang membawa aroma keharuman pantai ini. Pohon cemara aneh ini. Saksi ketika aku tertidur dipangkuan mu, kini menjadi sandaran ketika aku harus berteduh karena panasnya cuaca pantai ini. Bersama hembusan angin kunikmati imajinasiku yang melayang-layang dikepalaku. Semua orang telah tahu bahwa aku telah melupakanmu dan berhasil menyembuhkan luka hatiku. Tak ada lagi tangis yang membingkai wajahku karena mu. Aku telah lupa semua rasaku padamu. Pantai ini dan pantai indah lainnya yang menjadi penyembuh dan member suntikan energy padaku. Terlebih pantai-pantai nostalgia yang pernah kukunjungi seorang diri di kota ini. Membawa kenangan bersama perjalan seorang diri. Yang tak pernah kudapatkan bersama siapapun.

Masih kuingat pula alun-alun kidul Jogjakarta. Masih ingat ketika aku harus kecewa karena ketidak-hadiran mu dikala itu. Saat yang seharusnya kau ada untukku. Aku kecewa saat itu. Kulampiaskan semua rasaku pada adrenalin yang menggebu. Hingga hilang lagi semua rasaku. Tapi perlu kau tahu, aku tak menangis kala itu. Airmata ku tersimpan oleh adrenalin yang meluap dan berganti dengan tawa seorang diri yang menumbuhkan perasaan lega didadaku. Dan kini aku bisa menikmati suasana baru ketika aku dating kesini bersama bayangan lain, bayangan yang masih setengah nyata yang selalu menjagaku. Kini bisa kunikmati ketika aku berkeliling tempat ini, dengan hobby baruku. Menangkap cahaya yang berkedip temaram dan juga kadang terang. Aku bebas tersenyum disini, tanpa rasa takut. Gerombolan orang-orang ramah itu. Senyum mereka yang mampu membuatku untuk memberi senyum lebih hangat lagi. Banyak potret yang kudapat disini. Dan aku telah lupa akan dirimu. Aku merasa bahwa kita tak pernah mengukir cerita disini.

Malioboro. Iya, Malioboro. Disini aku selalu menghibur diri. Ada kamu atau tidak ketika dulu, aku selalu menghibur diriku disini. Aku malas membahasmu kali ini. Karena aku tak ingin merusak semua kenangan indahku dengan kisah bersamamu yang menurutku tak penting lagi. Aku menikmati seni dari tangan orang –orang bertangan emas seperti Dewa. Keindahan mereka suguhkan disini. Seniman-seniman yang tak pernah mati. Seniman yang tak kalah hebatnya dengan mereka yang diluar sana. Muda-mudi yang menakjubkan. Gelora membara mereka yang selama ini mereka kembangkan selalu meletup dan semakin bagus saja. Berbagai hasil karya sentuhan tangan jari menari melukis sosok maupun benda, hentakan tangan yang membentuk iamjinasi mereka menjadi lebih nyata, tarian dan senandung mereka. Juga suasana malam dijalan ini. Lampu-lampu temaram yang membingkai jalanan kota ini. Cahaya yang tertangkap mataku serasa membawaku pada alam damai lain. Malam dijalan kota ini memang menakjubkan.

Berhenti pada jembatan ini. Menikmati suasana pagi yang masih asri. Bocah-bocah muda yang selalu menri dan berdendang dengan kebahagian jiwa mereka. Aku suka itu. Mereka muda, bebas dan selalu berkembang. Menu sarapan biasa yang menjadi luar biasa ketika kunikmati disini, di Jembata Sayyidan. Tak banyak cerita memang. Tapi suasana setiap pagi yang segar selalu jadi awal yang baik ketika perjalanan dimulai dari sini. Gambar-gambar jembatan ini selalu kuabadikan setiap aku datang kesini.

Ada satu tempat lagi yang menurut semua orang menakjubkan. Aku sangat ingin kesana. Namun belum pernah mengetahui letak nya. Bukit Bintang orang-orang menyebutnya. Suasana malam kota yang dengan lampu-lampu berwarna meraka yang dinikmati dari bukit yang gelap. Yang tersedia adalah intang-binta yang bersinar terang dengan indahnya. Bukan dilangit, namun dikota Jogja ini. Orang-orang yang pernah mengunjunginya mengatakan takjub. Perasaan ku menggebu ingin merasakan keindahannya pula. Kapan? Sepertinya aku harus bersabar untuk mencari nya.
Kota ini memang indah. Selalu menyuguhkan cerita baru dan nostalgia akan kenangan lalu. Inilah surga dan sekelumit inspirasi ku. Inilah yang kusebut sebuah kota lama yang terus hidup oleh nafas pemuda. Inilah nafas seni dan karya para Dewa. Inilah, NEVER-ENDING JOGJAKARTA. Aku selalu rindu untu datang kesini. Seribu kenangan,…..berjuta keunikan….. hati mana yang tak bahagia disini? Semua bahagia….. :D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar