Telah kukenal kota ini. Sejak aku remaja. Memang awalnya aku
menganggap biasa saja. Namun semua berubah menjadi kota yang bagus setelah
kukenal cinta, seni dan kerinduan akan kedamaian. Itu terjadi saat aku
mengenalmu, mantan kekasihku. Walaupun aku telah membencimu karena ulahmu, ulah
ketidak-dewasaanmu, tapi aku tak pernah membenci kota ini. Walau kecintaan ku
pada kota ini tumbuh seiring tumbuhnya cintaku pada mu kala itu. Terlebih kini
aku sadar, begitu mudah ternyata melupakan mu, mendapatkan cinta selainmu,
merubah seluruh apa yang kumau dengan caraku sendiri, tanpa perlu mengikuti
larangan-larangan konyol mu. Kini ada berjuta cinta yang kurasa, kusebar dan
kudapat.
Aku masih ingat, pantai yang dulu menjadi saksi perjalanan
kita, yang sekarang kurasa tak perlu dikenang. Aku hanya mengenang semilir
lembut anginnya, semilir angin yang membawa aroma keharuman pantai ini. Pohon
cemara aneh ini. Saksi ketika aku tertidur dipangkuan mu, kini menjadi sandaran
ketika aku harus berteduh karena panasnya cuaca pantai ini. Bersama hembusan
angin kunikmati imajinasiku yang melayang-layang dikepalaku. Semua orang telah
tahu bahwa aku telah melupakanmu dan berhasil menyembuhkan luka hatiku. Tak ada
lagi tangis yang membingkai wajahku karena mu. Aku telah lupa semua rasaku
padamu. Pantai ini dan pantai indah lainnya yang menjadi penyembuh dan member
suntikan energy padaku. Terlebih pantai-pantai nostalgia yang pernah kukunjungi
seorang diri di kota ini. Membawa kenangan bersama perjalan seorang diri. Yang
tak pernah kudapatkan bersama siapapun.
Masih kuingat pula alun-alun kidul Jogjakarta. Masih ingat
ketika aku harus kecewa karena ketidak-hadiran mu dikala itu. Saat yang
seharusnya kau ada untukku. Aku kecewa saat itu. Kulampiaskan semua rasaku pada
adrenalin yang menggebu. Hingga hilang lagi semua rasaku. Tapi perlu kau tahu,
aku tak menangis kala itu. Airmata ku tersimpan oleh adrenalin yang meluap dan
berganti dengan tawa seorang diri yang menumbuhkan perasaan lega didadaku. Dan
kini aku bisa menikmati suasana baru ketika aku dating kesini bersama bayangan
lain, bayangan yang masih setengah nyata yang selalu menjagaku. Kini bisa
kunikmati ketika aku berkeliling tempat ini, dengan hobby baruku. Menangkap
cahaya yang berkedip temaram dan juga kadang terang. Aku bebas tersenyum
disini, tanpa rasa takut. Gerombolan orang-orang ramah itu. Senyum mereka yang
mampu membuatku untuk memberi senyum lebih hangat lagi. Banyak potret yang
kudapat disini. Dan aku telah lupa akan dirimu. Aku merasa bahwa kita tak
pernah mengukir cerita disini.
Malioboro. Iya, Malioboro. Disini aku selalu menghibur diri.
Ada kamu atau tidak ketika dulu, aku selalu menghibur diriku disini. Aku malas
membahasmu kali ini. Karena aku tak ingin merusak semua kenangan indahku dengan
kisah bersamamu yang menurutku tak penting lagi. Aku menikmati seni dari tangan
orang –orang bertangan emas seperti Dewa. Keindahan mereka suguhkan disini.
Seniman-seniman yang tak pernah mati. Seniman yang tak kalah hebatnya dengan
mereka yang diluar sana. Muda-mudi yang menakjubkan. Gelora membara mereka yang
selama ini mereka kembangkan selalu meletup dan semakin bagus saja. Berbagai
hasil karya sentuhan tangan jari menari melukis sosok maupun benda, hentakan
tangan yang membentuk iamjinasi mereka menjadi lebih nyata, tarian dan
senandung mereka. Juga suasana malam dijalan ini. Lampu-lampu temaram yang
membingkai jalanan kota ini. Cahaya yang tertangkap mataku serasa membawaku
pada alam damai lain. Malam dijalan kota ini memang menakjubkan.
Berhenti pada jembatan ini. Menikmati suasana pagi yang
masih asri. Bocah-bocah muda yang selalu menri dan berdendang dengan kebahagian
jiwa mereka. Aku suka itu. Mereka muda, bebas dan selalu berkembang. Menu
sarapan biasa yang menjadi luar biasa ketika kunikmati disini, di Jembata Sayyidan.
Tak banyak cerita memang. Tapi suasana setiap pagi yang segar selalu jadi awal
yang baik ketika perjalanan dimulai dari sini. Gambar-gambar jembatan ini
selalu kuabadikan setiap aku datang kesini.
Ada satu tempat lagi yang menurut semua orang menakjubkan.
Aku sangat ingin kesana. Namun belum pernah mengetahui letak nya. Bukit Bintang
orang-orang menyebutnya. Suasana malam kota yang dengan lampu-lampu berwarna
meraka yang dinikmati dari bukit yang gelap. Yang tersedia adalah intang-binta
yang bersinar terang dengan indahnya. Bukan dilangit, namun dikota Jogja ini. Orang-orang
yang pernah mengunjunginya mengatakan takjub. Perasaan ku menggebu ingin
merasakan keindahannya pula. Kapan? Sepertinya aku harus bersabar untuk mencari
nya.
Kota ini memang indah. Selalu menyuguhkan cerita baru dan
nostalgia akan kenangan lalu. Inilah surga dan sekelumit inspirasi ku. Inilah
yang kusebut sebuah kota lama yang terus hidup oleh nafas pemuda. Inilah nafas
seni dan karya para Dewa. Inilah, NEVER-ENDING JOGJAKARTA. Aku selalu rindu
untu datang kesini. Seribu kenangan,…..berjuta keunikan….. hati mana yang tak
bahagia disini? Semua bahagia….. :D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar