Senin, 13 Agustus 2012
Cangkir Cantik
Kemarin kunikmati sore yang indah bersama Mr.Cafein, Kekasihku. Kami berjalan hendak menikmati suasana kota Kedamaian yang cukup romantis sore itu. Sebentar lagi perayaan First Month kami menjadi Sepasang Makhluk Mesra yang semoga saja Bahagia. Aamiin..... Dan kami bermaksud mencari kado spesial diperayaan yang secara khusus kami adakan dan hanya kami yang merayakannya ditanggal ini. Tak sengaja kami melewati sebuah Toko mungil dengan dekorasi cantik, rapi dan unik menurutku. Kutarik tangan Mr.Cafein yang semenjak awal perjalanan terus menggenggam, kubawa dia mengikutiku masuk Toko yang menarik perhatianku.
Ternyata Toko Keramik. Seorang wanita cukup tua ber-Dress putih bermotif bunga musim semi ala Trend tahun 70-an menyapa kami. Akupun langsung menoleh dan menyapa dengan senyum ramah. Langsung saja aku berkeliling melihat Toko itu dengan penuh keheranan. Ada berbagai keramik cantik disini.
“Apa kamu pengen membeli perabotan untuk persiapan rumah tangga kita ya ???” tanya si Beebeh dengan cengir kudanya bermaksud menggoda.
Aku hanya menghadap mukanya seketika dan langsung menjulurkan lidahku.
“Lucu aja sih Bee perabotan disini. Aku Cuma pengen cari barang buat perayaan First Month kita nanti.” Jawabku
Kami mulai berkeliling lagi sambil mengamati keramik2, barang kali ada benda unik yang bisa kami dapatkan disini. Dan ternyata benar. Tak lama kemudian, sebuah benda yang sangat cantik menarik perhatianku. Benda itu seperti berteriak agar aku mau mendatanginya. “Hey, kemari, lihat aku, bawa aku pulang. Tidakkah kalian lihat aku cantik bukan?” seperti itulah kira-kira dia berteriak.
Kuhampiri dia. Setelah kuamati dari dekat, ternyata sepasang cangkir putih cantik. Wajahku langsung berbinar ketika seakan-akan melihat cangkir itu seperti tersenyum ketika aku melongok kearahnya.
“Bee, cantik bukan? Aku pengen ini.” Mintaku pada si Beebeh
“Hmmm.... betul juga. Aku rasa cocok kalo buat minum kopi bareng. Iya kan?” si Beebeh tersenyum dengan manisnya yang khas, meskipun terkadang terlihat berlebihan.
Aku hanya mengangguk dan membalas dengan senyuman yang sengaja lebih manis dari si Beebeh. Aku tak mau kalah dalam hal ini.
Tanpa kami berdua sadari, tiba-tiba saja wanita tua tersebut sudah ada dibelakang kami dan mengagetkan kami berdua ketika kami baru saja mau memanggilnya untuk bertanya tentang cangkir ini.
“Nek, kami mau cangkir ini. Kami bisa membayarnya bukan?” si Beebeh lagi-lagi dengan senyum sok manisnya.
“Pilihan bagus, cocok buat pasangan yang baru pacaran.” Si Wanita Tua tak kalah usilnya, kaya si Beebeh.
Wanita Tua itu langsung mengambil cangkir itu untuk mengemasnya. Si Beebeh cengar-cengir ke-GR-an gara-gara usilnya kata-kata Wanita Tua.
“Ini cangkirnya. Semoga cangkir ini membawa keberuntungan bagi hubungan kalian ya.”
“Terima kasih.” Kataku sambil tersenyum yang setengah terpaksa, aneh.
“Terima kasih. Aamiin.... Semoga keramiknya juga laku ya Nek.” si Beebeh makin girang.
Segera kutarik lengen si Beebeh meninggalkan Toko. Kami segera pulang.
Sesampai dikontrakan si Beebeh, langsung kubuka bungkusan cangkir tadi. Kuamaati kecantikannya
“Hay,”
Hah,,, cangkir tadi seperti berbicara. Masa aku ngelantur sih?
“Terima kasih telah membawaku pulang. Aku tahu aku memang cantik. Tapi maukah kau dengar cerita tentang prosesku menjadi cantik seperti sekarang?”
Aku berkedip-kedip seperti orang bodoh. Kukira si Beebeh sedang bercanda menirukan suara mungil. Ternyata cangkir itu bersuara kecil.
“dulu aku jelek sekali. Aku dulu hanya segumpal tanah liat yang buruk. Sampai tangan seorang pengrajin bertangan kotor mengambilku. Dia melemparku ke meja perputar dan membuat kepalaku pusing. Kemudian dia memukulku dengan keras berkali-kali. Aduh! Sakit. Hentikan! Hentikan! Aku berteriak. Lalu memasukkanku keperapian. Membakarku hingga aku berteriak kepanasan. Oh, tidak! Hentikan! Ini panas sekali! Terasa disiksa. Tapi dia seakan tak mendengarku. Dia membiarkanku beberapa jam agar dingin. Kukira semua telah berakhir. Ternyata belum. Dia menyerahkanku pada Wanita Tua pemilik Toko tadi. Wanita tua itu mewarnaiku. Kemudian membakarku lagi. Dan aku kembali kepanasan. Tolong aku! Hentikan penyiksaan ini. Aku kembali dibiarkan hingga dingin. Kemudian wanita tua meletakkan aku pada etalase. Wanita itu tersenyum. Dan kini kulihat diriku begitu cantik dari kaca etalase yang memantul. Hingga kalian datang membawaku kesini. Terima kasih ya.”
Hah.... Aku gila ya? Aku masih bengong. Hingga benar-benar aku sadari. Cangkir ini berbisik. Aku langsung berteriak girang. Si Beebeh berlari datang. Dia sempat bingung dan takut. Dikiranya terjadi apa-apa denganku. Langsung kupeluk si Beebeh. Dia semakin bingung
To be continue............
Langganan:
Posting Komentar (Atom)

Tidak ada komentar:
Posting Komentar