Panas yang terasa didalam
dada memang lebih menyakitkan daripada panas yang dialami raga. Saat semua rasa
benci dan kekecewaan memenuhi rongga dada dan menekan jantung, semua rasa
kesakitan akan bercampur menjadi siksaan yang sangat. Pergi kemana? Berlari kemana?
Aku tak tahu. Dengan segera panas akan naik memenuhi kepalaku. Kemudian
merembet hingga mataku. Menumpahkan airmataku. Tapi dinginnya airmata mungkin
tak pernah sanggup meredakan semua, mendinginkan semua. Hanya sedikit saja.
Maka saat inilah aku
memilih menghadap angin. Angin yang berhembus kencang bersama kedinginan.
Kubiarkan semua hembusannya menyerang tubuhku. Aku ingin panas dalam hatiku
menguap, terbang bersamanya, pergi. Aku bisa tahan berjam-jam untuk meredakan
semua. Dan aku puas. Kubiarkan angin berhembus, membawa pergi semua sakitku.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar