Sekarang, aku tegah
berada disebuah hutan lebat yang terang. Sinar matahari masuk dari celah daun
dan ranting pohon yang rindang. Semak-semak kerdil berbunga indah menarik
kekagumanku. Aku tak mengerti, tempat apa ini. Tapi kuteruskan saja langkah
kakiku menuju arah yang kemana aku tak tahu. Mungkin aku tersesat, ditempat
indah ini. Tak sedikitpun aku merasa takut. Tak berapa jauh aku berjalan,
kutemukan semak rimbun yang mengahalangi jalan didepanku. Aku tak tahu apa yang
ada dibalik semak didepanku. Tapi rasa penasaran lebih membuatku tergoda untuk
mencari tahu. Rasa takutpun kadang menyelingi keberanianku. Kumantapkan saja
untuk menyibaknya.
Alangkah terkejut aku,
ketika baru saja kudekatkan jariku untuk menyibak semak didepanku, dengan
sendirinya mereka menyingkir. Hanya ada hamparan tanah luas dan beberapa pohon
besar bearakar kokoh. Kuberanikan diri untuk melangkah lebih jauh. Sampai
kulelah untuk berjalan dan memutuskan berteduh saat kutemukan sebuah pohon
cukup rindang. Kusandarkan punggungku pada lekukan akar kokoh pohon berkembang
raksasa itu. Disebekah kiri tubuhku, ada bunga semak kecil-kecil warna ungu.
Indah sekali. Kusentuh beberapa dari mereka dan “Piiiiiip...Piiiiiip”. Suara
mungil keluar terdengar dari dekat pohon. Itu mengagetkanku. Dan tiba-tiba
pohonpun bergoyang, seperti hendak rubuh. Mungkinkah pohon raksasa ini marah
ketika kuganggu bunga semak mungil itu? Oh..tidak..... Aku panik. Tak bisa
kupercaya, beberapa makhluk mungil muncul dari balik pohon itu. Bahkan dari
tadi tak kulihat ada bagian berlubang dari pohon itu. Dan kami saling menatap.
Kami sama-sama terdiam. Hingga akhirnya kami berteriak bersama setelah diam
yang cukup lama. Aku berlari untuk bersembunyi dibalik pohon. Makhluk apa itu?
Mereka sama sepertiku, hanya mereka terlampau kecil. Sangat kecil. Aku
terjingkat kaget saat yang lain sari mereka menemukanku dari sisi pohon yang
lain.
“Jangan takut. Kami
melihat dari kukumu yang bercahaya, kau bukan makhluk jahat dan mengancam kami.
Kemarilah. Kami tak akan menyakitimu.” Salah satu daro mereka berteriak padaku.
Aku ragu. Tapi akhirnya
kubernikan diri untuk maju “Makhluk apa kalian ini? Mengapa kalian kecil
sekali?”
Mereka tertawa kecil.
“Ikutlah dengan kami!” Mereka serempak berkata.
Pohon raksasa bergoyang
lagi. Kemudian muncul lubang besar dari pohon itu. Woooow.... ajaib sekali.
Mereka memasuki lorong yang muncul, dan aku juga mengkuti. Gelap sesaat.
Tiba-tiba sinar putih terang muncul dan dilanjutkan memudar berganti
pemandangan indah yang terhampar didepanku. Diseberang hamparan tanah luas ada
rumah mungil. Kami menghampirinya. Tiba didepan rumah mungil itu salah satu
dari mereka berkata “Silahkan masuk!”. Hah...... apa tidak salah? Dengan pintu
sekecil ini bagaimana aku masuk?. Sepertinya mereka berhasil membaca isi pikiranku.
Dengan tiba-tiba yang mengagetkanku, pintu besar terbuka. Rumah mungil mereka
seperti terbelah. Kini kutengok isi rumah makhluk kecil ini. Astaga..... masih
ada banyak lagi makhluk kerdil seperti mereka. Jumlah mereka banyak. Lusinan
mungkin. Aku tercengang tak percaya. Tapi inilah yang kulihat. Aku harus
berhati-hati untuk memasuki rumah ini. Atapnya sangat rendah. Aku harus sedikit
membungkuk agar tak terbentur atap rumah. Perabotan disini juga mungil dan seba
mini. Meja makan, cangkir, piring, kursi, dan semuanya....
“Jadi inilah kami. Para
peri”
Peri??? Bukankah mereka
hanya dongeng?
“Karena hari masih pagi,
mari kita sarapan bersama, setelah ini kita ngobrol” Salah satu wanita yang
dari tadi merawat anak-anak kecil mengajak sarapan.
Dimeja kecil telah
terhidang roti, keju dan teh. Semua penghuni rumah berkumpul dimeja makan dan
duduk dikursi mereka masing-masing. Hanya aku yang duduk dilantai. Karena tak
ada kursi yang ukurannya cocok untukku. Lagi pula mejanya juga terlalu rendah.
Jadi, meski tanpa kursi aku bisa menggapai meja makan. Kukira aku akan makan
dari perabotan yang kecil seperti mereka, ternyata mereka punya peralatan makan
yang pas untukku. Kunikmati menu sarapan kali ini. Usai sarapan, piring-piring
kotor melayang kedapur dengan hanya jentikan jari Peri wanita yang sangat tua.
“Menikmati menu sarapan
pagi ini?”
Aku hanya mengangguk.
“Jadi, itu istri mu?
Mereka anakmu? Dan apakah wanita tua itu ibu kalian?”
“Iya.... dia istriku.
Tapi kamu tidak memiliki anak”
“Maksudnya, kalian tidak
dikaruniai anak? Kalian belum memiliki anak sejak menikah? Berapa lama kalian
menikah? Jadi, itu anak yang lain dari kalian?”
“Jadi begini, kami
merawat setiap bayi Peri yang lahir. Mereka memang anak kami. Tapi wanita kaum
kami tidak melahirkan mereka. Mereka lahir pada saat musim semi tiba. Mereka
lahir disaat bunga-bunga cantik bermekaran.”
“Apa? Sungguh
mengagumkan. Jadi, kegiatan apa yang sering kalian lakukan setiap hari?”
“Yah....sama seperti Peri
yang lainnya. Para pria menebang pohon untuk membuat perabotan. Sebagian lagi
mencari buah, jamur, daun muda serta berburu unruk makan. Sedangkan wanita
merawat bayi-bayi, menjaga rumah dan memasak. Bayi-bayi peri sangat lama sekali
tumbuh. Mereka melewati waktu 150 tahun dalam masa anak-anak. Setelah itu
mereka akan beranjak remaja dan jatuh
cinta. Masa inilah yang sangat indah dan menakjubkan. Mereka akan menari ketika
mereka jatuh cinta. Kami, para Peri dewasa akan mengadakan pesta bagi mereka
yang dalam masa ini.” Dia berhenti sejenak untuk minum teh dan melahap beberapa
kue didepannya. “Ini adalah Kue Awal Musim Semi yang sangat harum dan manis.
Istriku yang membuat. Kemarin aku sengaja mencari akstrak kelopak bunga Krisan
yang masih kuncup dihutan. Tapi tenang saja, itu tidak akan merusak bunga
ataupun bayi Peri yang ada didalamnya. Jadi, inilah keseharian kami disaat
tidak bekerja. Pada siang hari kami bermain serta bercanda bersama bayi-bayi
dan anak-anak Peri. Sebagai camilan ada Kue Kegembiraan, Gulali Senyum Giselle
dan Es Krim Telaga Jernih yang menyegarkan. Disore hari ada acara minum teh
harum bagi Peri dewasa. Teh ini dari ekstrak daun-daun obat dan kayu
harum-manis yang tersedia dihutan kami. Dan, musim semi tinggal menghitung
hari. Tepatnya 12 hari lagi. Dan kami harus mempersiapkan keperluan bagi
bayi-bayi baru. Dan akan ada banyak lagi bayi yang mengisi rumah kami.
Sepertinya kami juga harus memperbesar rumah dan menambah perabotan baru untuk
rumah kami.”
“Oh....sepertinya ini
akan sangat sibuk. Karena ini tinggal sebentar lagi. Pekerjaan kalian pasti
akan memakan waktu lama. Sebaiknya aku pulang. Bisakah kalian tnjjukkan jalan
untukku? Kurasa aku tersesat.”
“Tentu, dengan senang
hati. Setelah keluar dari rumh ini, teroboslah semak didekat pohon tadi. Kau
akan menemukan jalan pulang”
Aku meninggalkan rumah
Peri-peri itu. Kuikuti perintah Peri tadi. Sesampai didepan semak, kubalikkan
badan. Kupandang pohon tempat para Peri tinggal. Kemudian mulai kuayun langkah
kaki menerobos semak didepanku. Cahaya putih terang menyerang mataku. Yang
tampak hanya putih.
Kubuka pelan mataku. Aku
kini terbangun diatas tempat tidur. Masih sulit kusadari. Kulihat
disekelilingku. Setelah kuperhatikan dengan seksama, ternyata aku berada
dikamarku. Apakah tadi itu mimpi? Mungkin saja.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar