Jumat, 24 Agustus 2012

Peri-Peri Kecil


Sekarang, aku tegah berada disebuah hutan lebat yang terang. Sinar matahari masuk dari celah daun dan ranting pohon yang rindang. Semak-semak kerdil berbunga indah menarik kekagumanku. Aku tak mengerti, tempat apa ini. Tapi kuteruskan saja langkah kakiku menuju arah yang kemana aku tak tahu. Mungkin aku tersesat, ditempat indah ini. Tak sedikitpun aku merasa takut. Tak berapa jauh aku berjalan, kutemukan semak rimbun yang mengahalangi jalan didepanku. Aku tak tahu apa yang ada dibalik semak didepanku. Tapi rasa penasaran lebih membuatku tergoda untuk mencari tahu. Rasa takutpun kadang menyelingi keberanianku. Kumantapkan saja untuk menyibaknya.

Alangkah terkejut aku, ketika baru saja kudekatkan jariku untuk menyibak semak didepanku, dengan sendirinya mereka menyingkir. Hanya ada hamparan tanah luas dan beberapa pohon besar bearakar kokoh. Kuberanikan diri untuk melangkah lebih jauh. Sampai kulelah untuk berjalan dan memutuskan berteduh saat kutemukan sebuah pohon cukup rindang. Kusandarkan punggungku pada lekukan akar kokoh pohon berkembang raksasa itu. Disebekah kiri tubuhku, ada bunga semak kecil-kecil warna ungu. Indah sekali. Kusentuh beberapa dari mereka dan “Piiiiiip...Piiiiiip”. Suara mungil keluar terdengar dari dekat pohon. Itu mengagetkanku. Dan tiba-tiba pohonpun bergoyang, seperti hendak rubuh. Mungkinkah pohon raksasa ini marah ketika kuganggu bunga semak mungil itu? Oh..tidak..... Aku panik. Tak bisa kupercaya, beberapa makhluk mungil muncul dari balik pohon itu. Bahkan dari tadi tak kulihat ada bagian berlubang dari pohon itu. Dan kami saling menatap. Kami sama-sama terdiam. Hingga akhirnya kami berteriak bersama setelah diam yang cukup lama. Aku berlari untuk bersembunyi dibalik pohon. Makhluk apa itu? Mereka sama sepertiku, hanya mereka terlampau kecil. Sangat kecil. Aku terjingkat kaget saat yang lain sari mereka menemukanku dari sisi pohon yang lain.

“Jangan takut. Kami melihat dari kukumu yang bercahaya, kau bukan makhluk jahat dan mengancam kami. Kemarilah. Kami tak akan menyakitimu.” Salah satu daro mereka berteriak padaku.

Aku ragu. Tapi akhirnya kubernikan diri untuk maju “Makhluk apa kalian ini? Mengapa kalian kecil sekali?”

Mereka tertawa kecil. “Ikutlah dengan kami!” Mereka serempak berkata.

Pohon raksasa bergoyang lagi. Kemudian muncul lubang besar dari pohon itu. Woooow.... ajaib sekali. Mereka memasuki lorong yang muncul, dan aku juga mengkuti. Gelap sesaat. Tiba-tiba sinar putih terang muncul dan dilanjutkan memudar berganti pemandangan indah yang terhampar didepanku. Diseberang hamparan tanah luas ada rumah mungil. Kami menghampirinya. Tiba didepan rumah mungil itu salah satu dari mereka berkata “Silahkan masuk!”. Hah...... apa tidak salah? Dengan pintu sekecil ini bagaimana aku masuk?. Sepertinya mereka berhasil membaca isi pikiranku. Dengan tiba-tiba yang mengagetkanku, pintu besar terbuka. Rumah mungil mereka seperti terbelah. Kini kutengok isi rumah makhluk kecil ini. Astaga..... masih ada banyak lagi makhluk kerdil seperti mereka. Jumlah mereka banyak. Lusinan mungkin. Aku tercengang tak percaya. Tapi inilah yang kulihat. Aku harus berhati-hati untuk memasuki rumah ini. Atapnya sangat rendah. Aku harus sedikit membungkuk agar tak terbentur atap rumah. Perabotan disini juga mungil dan seba mini. Meja makan, cangkir, piring, kursi, dan semuanya....

“Jadi inilah kami. Para peri”

Peri??? Bukankah mereka hanya dongeng?

“Karena hari masih pagi, mari kita sarapan bersama, setelah ini kita ngobrol” Salah satu wanita yang dari tadi merawat anak-anak kecil mengajak sarapan.

Dimeja kecil telah terhidang roti, keju dan teh. Semua penghuni rumah berkumpul dimeja makan dan duduk dikursi mereka masing-masing. Hanya aku yang duduk dilantai. Karena tak ada kursi yang ukurannya cocok untukku. Lagi pula mejanya juga terlalu rendah. Jadi, meski tanpa kursi aku bisa menggapai meja makan. Kukira aku akan makan dari perabotan yang kecil seperti mereka, ternyata mereka punya peralatan makan yang pas untukku. Kunikmati menu sarapan kali ini. Usai sarapan, piring-piring kotor melayang kedapur dengan hanya jentikan jari Peri wanita yang sangat tua.

“Menikmati menu sarapan pagi ini?”

Aku hanya mengangguk.
“Jadi, itu istri mu? Mereka anakmu? Dan apakah wanita tua itu ibu kalian?”
“Iya.... dia istriku. Tapi kamu tidak memiliki anak”
“Maksudnya, kalian tidak dikaruniai anak? Kalian belum memiliki anak sejak menikah? Berapa lama kalian menikah? Jadi, itu anak yang lain dari kalian?”
“Jadi begini, kami merawat setiap bayi Peri yang lahir. Mereka memang anak kami. Tapi wanita kaum kami tidak melahirkan mereka. Mereka lahir pada saat musim semi tiba. Mereka lahir disaat bunga-bunga cantik bermekaran.”
“Apa? Sungguh mengagumkan. Jadi, kegiatan apa yang sering kalian lakukan setiap hari?”
“Yah....sama seperti Peri yang lainnya. Para pria menebang pohon untuk membuat perabotan. Sebagian lagi mencari buah, jamur, daun muda serta berburu unruk makan. Sedangkan wanita merawat bayi-bayi, menjaga rumah dan memasak. Bayi-bayi peri sangat lama sekali tumbuh. Mereka melewati waktu 150 tahun dalam masa anak-anak. Setelah itu mereka akan  beranjak remaja dan jatuh cinta. Masa inilah yang sangat indah dan menakjubkan. Mereka akan menari ketika mereka jatuh cinta. Kami, para Peri dewasa akan mengadakan pesta bagi mereka yang dalam masa ini.” Dia berhenti sejenak untuk minum teh dan melahap beberapa kue didepannya. “Ini adalah Kue Awal Musim Semi yang sangat harum dan manis. Istriku yang membuat. Kemarin aku sengaja mencari akstrak kelopak bunga Krisan yang masih kuncup dihutan. Tapi tenang saja, itu tidak akan merusak bunga ataupun bayi Peri yang ada didalamnya. Jadi, inilah keseharian kami disaat tidak bekerja. Pada siang hari kami bermain serta bercanda bersama bayi-bayi dan anak-anak Peri. Sebagai camilan ada Kue Kegembiraan, Gulali Senyum Giselle dan Es Krim Telaga Jernih yang menyegarkan. Disore hari ada acara minum teh harum bagi Peri dewasa. Teh ini dari ekstrak daun-daun obat dan kayu harum-manis yang tersedia dihutan kami. Dan, musim semi tinggal menghitung hari. Tepatnya 12 hari lagi. Dan kami harus mempersiapkan keperluan bagi bayi-bayi baru. Dan akan ada banyak lagi bayi yang mengisi rumah kami. Sepertinya kami juga harus memperbesar rumah dan menambah perabotan baru untuk rumah kami.”

“Oh....sepertinya ini akan sangat sibuk. Karena ini tinggal sebentar lagi. Pekerjaan kalian pasti akan memakan waktu lama. Sebaiknya aku pulang. Bisakah kalian tnjjukkan jalan untukku? Kurasa aku tersesat.”

“Tentu, dengan senang hati. Setelah keluar dari rumh ini, teroboslah semak didekat pohon tadi. Kau akan menemukan jalan pulang”

Aku meninggalkan rumah Peri-peri itu. Kuikuti perintah Peri tadi. Sesampai didepan semak, kubalikkan badan. Kupandang pohon tempat para Peri tinggal. Kemudian mulai kuayun langkah kaki menerobos semak didepanku. Cahaya putih terang menyerang mataku. Yang tampak hanya putih.

Kubuka pelan mataku. Aku kini terbangun diatas tempat tidur. Masih sulit kusadari. Kulihat disekelilingku. Setelah kuperhatikan dengan seksama, ternyata aku berada dikamarku. Apakah tadi itu mimpi? Mungkin saja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar