Jumat, 26 Maret 2010

Kitchen Princess

Hari Senin-Kamis waktunya les untuk persiapan menghadapi UAN. Begitu juga hari ini. Aku mulai membuka bekal makan siang yang kubawa sendiri. Maklum, aku kan anak kos. Dari pada membeli makan dikantin dengan harga yang mahal dan belum tentu terjamin kebersihannya, lebih baik kubawa makanan yang kumasak sendiri. Lagi pula lebih hemat.

Saat menyantap bekal dengan lahap, datanglah Rizza dan duduk disebelahku.
“Hai Fairuuz (itulah namaku). Kekantin yuk....”
“Aku udah bawa bekal sendiri.” Jawabku simple.
“Gitu ya? Apa bekal kamu? Masih ada nggak? Boleh kucoba?”
“Masih kok. Coba aja.”Aku menyodorkan bekalku.
Rizza mulai mengunyah dan merem melek dan berkata
“Hm.......enak. ibu kamu yang masak?”
“Aku sendiri” Aku tersipu malu-malu.
Hening sejenak.
“Enak lho. Sejak kapan kamu bawa bekal? Tanya Rizza lagi
“Sejak les dimulai”
“Udah 1 bulan donk. Kamu pinter masak juga ya? Kenapa nggak minta tolong ibu kamu aja? Emang kamu nggak kerepotan tiap hari masak sambil siap-siap sekolah?”
“Aku kos. Jadi semua harus aku kerjakan sendiri. Aku buat bekal untuk menghemat pengeluaran. Maklum, ibu Cuma petani didesa dan bapak cum supir angkot. Jadi, harus hemat banget.”
“O.....gitu ya? Ehm.......kamu mau nggak bikinin aku bekal makan siang buat aku? Aku bayar dech.”
“Ah....kamu. bercanda ya? Masa sich kamu mau?”
“Udahlah. Ini modal buat kamu” Rizza menyodorkan uang 50ribu.
“Kok banyak banget? Ini terlalu banyak.”
“Itu untuk 1 minggu. Dah dulu ya. Aku maukekantin dulu.”
“Tapi Rizz”
Rizza sudah beranjak melangkahkan kaki.

*******

Esok paginya, saat aku mengerjakan soal latihan, Rizza datang menghampiriku.
“Pagi Fairuuz. Wah pagi-pagi gini sudah rajin mengerjakan latihan nich. Gimana kekalku?” Sapa Rizza hangat.
“Ini. Maaf kalau rasanya biasa-biasa aja.”
“Lagi ngerjain soal apa sich?”
“Matematika.”
Bel berbunyi. Kami memulai belajar.

*******

Siang hari, saat jam makan siang, aku dan Rizza duduk dibangku masing-masing. Kemudian, rio, Fadil dan Bino menghampiri Rizza untuk diajak kekantin. Tapi Rizza tidak mau. Teranga ja, Rizza sudah punya bekal untuk makan siang hari ini. Teman-temannya ikut menikmati bekal Rizza.

*******

Hari masih pagi. Aku kembali berkutat dengan soal matematika. Tiba-tiba saja muncul Rio, Fadil dan Bino. Mereka memintaku untuk membuatkan bekal makan siang mereka. Mereka juga menyodorkan uang 5oribu masing-masing anak. Mereka mengetahuinya dari Rizza.

*******

Hari berikutnya, dengan 4 bekal ditanganku, 4 anak laki-laki menghampiriku. Aku memberikan bekal makan siangmereka masing-masing. Saat jam amakan siang, mereka tidak ada dikelas. Tak tahu entah kemana.

*******

Esoknya lagi, yang makin mewngejutkan, lebih banyak lagi anak yang meminta dibuatkan bekal. Bukan dari kelasku saja, tapi juga dari kelas lain. Hampir 30 anak yang meminta. Ternyata, Rizza mengumumkan pada anak-anak. Rio menghampiriku.
“Fai, loe tahu kan anak-anak pada suruh dibikinin bekal ama loe?”
“Trus?”
“Loe harus promosiin.”
“Aduh, aku nggak mau berbisnissaat mau UAN seperti ini. Aku ingin lulus dengan nilai baik. Aku ingin ikut PMDK. Aku ingin membanggakan orang tuaku.”
“Bukannya loe selama ini berhemat buat sekolah loe? Kita bisa bantu loe kok. Kita akan bantu loe bikinin bekal buat anak-anak dan bantu promosiin.”
“Kamu serius? Terima kasih ya.”
“Loe nggak usah trima kasih sama gue. Loe harusnya trima kasih sama Rizza. Karena dia yang memulai semua. Sore ini, setelah pulang les, loe ditunggu Rizza dikantin.”
Rio berlalu. Aku terdiam, bingung.

*******

Sepulang les, aku menemui Rizza ditempat yang ditentukan rizza duduk memegang buku pelajaran.
“Hai” Sapaku
“Hai. Dudu Fai” Tawarnya
“Ngerjain Matematika?” aku melirik buku ditangan Rizza.
Rizza menggeser posisi duduknya menghadap kepadaku dan menutup buunya.
“Iya Fia. Aku mau ngomong sesuatu sama kamu. Penting.”
“Tentang apa? Kamu berubah pikiran untuk membantu aku membut bekal anak-anak?”
“Bikan. Begini.”
Rizza diam tampak berfikir beberapa saat.
“Aku suka kamu”
Au terkejut. Desiran darahku terrasa cepat mengalir dinadiku.
“Masksud kamu?” Tnyaku masih bingung.
“Aku suka kamu. Kepandaian kamu, ketekunan kamu, kerja keras kamu, semangat kamu.”
“Oh.... itu. Biasa saja Riz.”
“Kamu mau nggak jadi pacar aku?”
Lagi lagi aku terkejut. Rizza memang punya bakat mengejutkan orang. Lalu kuambil keputusan.
“Tapi ada syarat sebelum aku menerima kamu”
“Apa syaratnya Fai?”
“Hmm...... kamu harus mendapat peringkat 10 besar dalam UAN nanti.”

*******

Hari-hari yang kulalui berganti. Aku membuat bekal makan siang bersama Rizza dan teman-temannya setiap pagi. Pulang sekolah kami berbelanja dipasar untuk dimasak pagi harinya. Biasanya, rizza dan kawan-kawannya menjadi kuli yang membawa barang belanjaan. Jam 4 pagi mereka sudah datang membantuku. Bukan Cuma itu, rizza menjadi lebih bersemangat belajar untuk mendapat peringkat 10 besar sebagai syarat bersamaku. Hingga hari UAN pun tiba. Tapi, kami masih harus menunggu ama waktu pengumuman kelulusan.

Hingga yang ditunggu-tunggu datang juga. Peringakt 7 berhasil dicapai Rizza dalam UAN tingkat sekolah. Siang itu juga, Rizza memintaku menemuinya di taman sekolah kami.
“Aku peringkat 7 Fai. Berarti kamu mau kan jadi pacar aku?”
Aku menghangguk. Rizza girang bukan main. Dia menggenggam tanganku dengan erat. Lalu dia mendekat dan membisikkan kata ditelingaku
“You are my Kitchen Princess”
Wah..... berbunga-bunga hatiku. Apalagi dengan gelar yang diberikan Rizza kepadaku
“KITCHEN PRINCESS”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar