Minggu, 04 November 2012

Hujan Merengkuh ku


Aku rindu pelukan itu. Pelukan yang pernah diberikan orang-orang yang pernah paling kucintai untuk pertama kali didunia ini. Pernah juga aku merasakan pelukan selain dari mereka, yaitu dari kekasih yang pernah kusayangi. Tapi semua itu hanya sekejap. Mungkin mereka orang kejam. Mereka pernah memeberikan kenkmatan dan kebahagiaan lewat hangatnya pelukan itu. Dan dengan seketika mereka lepaskan setelah ku terlalu dalam terbuai. Aku tidak pernah membenci mereka. Aku hanya kecewa. Aku ingin rasakan kenyamanan dan kedamaian dalam hidup seperti itu setiap waktu. Agar aku tidak takut. Agar aku tidak merasa sendiri. Dan satu lagi datang padaku disaat sudah sangat lama aku tak merasakan rengkuhan itu. Ada rasa rindu akan pelukan yang pernah kurasa dulu. Meski takut akan pelukan yang berakhir luka, tapi rasa rinduku begitu besar untuk menyambut kehangatan itu.

Kuijinkan dia untuk mendekat. Pada awal dia seperti ada harapan untuk kudapatkan semua. Aku merasa dia akan memberikn rengkuhannya. Rasa takut akan luka mulai perlahan kubuang dan kuhilangkan. Keberanian atau entah kecerobohan yang kulakukan ini. Namun sekian lama tak pernah dia berikan pula rengkuhan itu. Tangisku mulai mengalir. Aku telah mengharap rengkuhan itu datang darinya setelah tak pernah mungkin kudapatkan dari orang pling pertama dan paling utama yang harusnya kucintai. Hanya diam tanpa sentuhan sedikitpun darinya. Hatiku bagai dingin tak pernah tersentuh hangatnya mentari. Aku baga hidup sendiri. Karena tak pernah kurasakan hadirmu meski nyatanya banyak orang mengerti tentang hadirnya kau dihidupku. Tapi mereka tak pernah melihat yang terjadi didalam dada masing-masing. Yang mereka tahu aku dan dia hangat melalui kata.

Dan ketika kuberharap dia mampu merengkuhku ketika kutakut akan kesendirian, ternyata kau tak pernah berikan semua. Ketika kuberharap dia dapat mendengar segala cerita, kenyataannya dia terlalu sibuk atau entah sengaja menyibukkan diri agar tak perlu mendengarkan semua. Dari siapa aku akan berharap mendapatkan rengkuhan yang mampu, menenangkan rusuh dihatiku?

Dan kudapati hujan turun dengan derasnya. Air deras yang turun merelakan sebagian untuk memecah diri membentuk embun disekeliling. Aku telah sadar bahwa hujan terlampau deras kali ini. Embun-embun yang tertiup angin tenang terbawa hingga kewajahku dari balik jendela. Sejuk dari titik-titiknya turun kedada dan meresap kejantungku. Dingin. Beberapa titik kecil saja begitu menenangkan, apalagi bila banyak. Maka aku tergoda untuk bergabung ditengah serbuan hujan diantara bumi. Tanpa berpikir panjang kuberanjak dari balik jendela menuju sisi depan rumahku, menerobos pintu dan bertelanjang kaki. Sekejap saja tubuhku basah kuyub. Sensasi dingin merengkuh seluruh tubuhku. Dingin merembes dari balik kain yang membalut tubuhku. Perlahan hujan meresap kekulit dan mengalir keseluruh tubuhku melalui aliran darah. Bahkan merembes hingga ketulang dan sumsum. Inilah yang kunamakan hujan merengkuh. Nikmatnya lumayan dapat menggantikan rengkuhan mereka yang selalu kucintai tapi tak pernah menghargai sikap dan kehadiranku. Aku memang kecewa atas kenyataan ini. Tapi semua telah terganti oleh rengkuhan hujan. Biarlah rengkuhan pengganti ini yang menenangkan hatiku sambil silih bergilir mereka berganti.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar