Aku rindu pelukan itu. Pelukan yang pernah diberikan
orang-orang yang pernah paling kucintai untuk pertama kali didunia ini. Pernah
juga aku merasakan pelukan selain dari mereka, yaitu dari kekasih yang pernah
kusayangi. Tapi semua itu hanya sekejap. Mungkin mereka orang kejam. Mereka
pernah memeberikan kenkmatan dan kebahagiaan lewat hangatnya pelukan itu. Dan
dengan seketika mereka lepaskan setelah ku terlalu dalam terbuai. Aku tidak
pernah membenci mereka. Aku hanya kecewa. Aku ingin rasakan kenyamanan dan
kedamaian dalam hidup seperti itu setiap waktu. Agar aku tidak takut. Agar aku
tidak merasa sendiri. Dan satu lagi datang padaku disaat sudah sangat lama aku
tak merasakan rengkuhan itu. Ada rasa rindu akan pelukan yang pernah kurasa
dulu. Meski takut akan pelukan yang berakhir luka, tapi rasa rinduku begitu
besar untuk menyambut kehangatan itu.
Kuijinkan dia untuk mendekat. Pada awal dia seperti ada
harapan untuk kudapatkan semua. Aku merasa dia akan memberikn rengkuhannya.
Rasa takut akan luka mulai perlahan kubuang dan kuhilangkan. Keberanian atau
entah kecerobohan yang kulakukan ini. Namun sekian lama tak pernah dia berikan
pula rengkuhan itu. Tangisku mulai mengalir. Aku telah mengharap rengkuhan itu
datang darinya setelah tak pernah mungkin kudapatkan dari orang pling pertama
dan paling utama yang harusnya kucintai. Hanya diam tanpa sentuhan sedikitpun
darinya. Hatiku bagai dingin tak pernah tersentuh hangatnya mentari. Aku baga
hidup sendiri. Karena tak pernah kurasakan hadirmu meski nyatanya banyak orang
mengerti tentang hadirnya kau dihidupku. Tapi mereka tak pernah melihat yang
terjadi didalam dada masing-masing. Yang mereka tahu aku dan dia hangat melalui
kata.
Dan ketika kuberharap dia mampu merengkuhku ketika kutakut
akan kesendirian, ternyata kau tak pernah berikan semua. Ketika kuberharap dia
dapat mendengar segala cerita, kenyataannya dia terlalu sibuk atau entah
sengaja menyibukkan diri agar tak perlu mendengarkan semua. Dari siapa aku akan
berharap mendapatkan rengkuhan yang mampu, menenangkan rusuh dihatiku?
Dan kudapati hujan turun dengan derasnya. Air deras yang
turun merelakan sebagian untuk memecah diri membentuk embun disekeliling. Aku
telah sadar bahwa hujan terlampau deras kali ini. Embun-embun yang tertiup angin
tenang terbawa hingga kewajahku dari balik jendela. Sejuk dari titik-titiknya
turun kedada dan meresap kejantungku. Dingin. Beberapa titik kecil saja begitu
menenangkan, apalagi bila banyak. Maka aku tergoda untuk bergabung ditengah
serbuan hujan diantara bumi. Tanpa berpikir panjang kuberanjak dari balik
jendela menuju sisi depan rumahku, menerobos pintu dan bertelanjang kaki.
Sekejap saja tubuhku basah kuyub. Sensasi dingin merengkuh seluruh tubuhku.
Dingin merembes dari balik kain yang membalut tubuhku. Perlahan hujan meresap
kekulit dan mengalir keseluruh tubuhku melalui aliran darah. Bahkan merembes
hingga ketulang dan sumsum. Inilah yang kunamakan hujan merengkuh. Nikmatnya
lumayan dapat menggantikan rengkuhan mereka yang selalu kucintai tapi tak
pernah menghargai sikap dan kehadiranku. Aku memang kecewa atas kenyataan ini.
Tapi semua telah terganti oleh rengkuhan hujan. Biarlah rengkuhan pengganti ini
yang menenangkan hatiku sambil silih bergilir mereka berganti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar